Carilah di sini

Selasa, 28 Februari 2017

Ara Suhara Si Penakluk Kartosuwirjo


SIAPA tak kenal dengan Sukarmadji Maridjan Kartosuwirjo. Sejarah men­catatnya sebagai seorang gembong ge­rakan separatis DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang sangat meresahkan masyarakat Jawa Barat hingga awal tahun 1960-an. Banyak orang menganggapnya se­bagai orang yang "berilmu" hingga terkesan sangat licin untuk ditangkap selama bertahun-tahun.
Hutan belantara adalah tempat persem­bunyian gerombolan ini. Saat kekurangan perbekalan, mereka pun turun ke kampung-kampung untuk menjarah makanan dan har­ta. Tak jarang, kekerasan pun dilakukan jika ada yang berupaya menentang aksi mereka. Masyarakat saat itu melencengkan kepanja­ngan gerombolan DI ini yaitu gerombolan duruk imah (bakar ramah) yang selalu di­lakukan saat menjarah kampung. Adalah Ara Snhara (78), seorang penduduk asli Kp./Desa Maruyung Kec. Pacet Kab. Ban­dung. Meskipun hanya seorang tentara berpangkat rendah saat itu, namun kebera­niannya mampu menangkap Kartosuwirjo. Pimpinan DI/TII itu, ditangkap 4 Juni 1962 di persembunyiannya di salah satu gubuk di Gunung Geber Kab. Bandung (sekarang wilayah Kamojang).
Ara Suhara waktu itu berpangkat sersan. Ia tergabung dalam Kompi C Batalyon 328/Ku-jang I Kodam Vl/Siliwangi (sekarang Kodam III/Siliwangi) pimpinan Letda Anda Suhanda.
Ara menuturkan kisah ini di sela-sela acara "Mulangkeun Panineungan Ka Mangsa Ope­rasi Pager Bitis 1962" di Lapangan Keca­matan Ibun Kab. Bandung, Sabtu (12/5).
Posisi gerombolan diketahui saat dila­porkan adanya penjarahan di Kp. Pangauban Pacet. Sayangnya, anggota pasukan Kompi C berada pada kondisi menu­run. Saat itulah, Ara memu­tuskan mengikuti jejak gerombolan DI/TII sendirian.
Setelah diketahui persem­bunyian Kartosuwirjo, Ara menerobos masuk dan men­odongkan senjatanya kepada para pejabat DI/TII, di-antaranya Aceng Kuraia (Pan­glima Pasukan DI/TII) dan Dodo Muhammad Darda (Sekretaris DI/TII sekaligus anak Kartosuwirjo). Pada saat bersamaan, pasukan TNI yang bergabung dengan rakyat tiba.
Ara pun tiba pada salah satu gubuk. Meskipun ia sama sekali tak mengetahui wajah Kartosuwirjo, namun mewahnya barang yang ada dalam gubuk itu, Ara yakin tempat tersebut merupakan persembunyian Kartosuwirjo.
"Kartosuwirjo sedang duduk dengan pasrah. Kami pun sempat bercakap-cakap. Anehnya, dia tahu bahwa istri saya tengah mengandung dan mengatakan bahwa anak yang dikandung itu adalah laki-la­ki. Dia pun memberi saya satu pulpen” ujar Ara.
Kala itu? istri Ara memang tengah mengandung anak ke­dua mereka. Anak lelaki yang kelak diberi nama Sekar Ibrahim itu kini berpangkat Mayor dan bekerja sebagai dokter di RS Dustira Cimahi. Kata Sekar diambil dari nama Sukarmadji Maridjan Karto­suwirjo, sementara Ibrahim diambil dari nama Pangdam VI/Siliwangi waktu itu, Ibrahim Adjie.
Kabar tentang tertangkap­nya Kartosuwirjo, sekaligus akhir perjuangan melawan DI/TII tahun 1962.
Lalu, apa yang didapat Ara Suhara setelah menangkap Kartosuwirjo?
"Sejak itu, setiap atasan banyak yang naik pangkat. Tapi, saya. Diberikan karunia dari Allah dengan anak 10" ucapnya.

Kebersamaan
Peristiwa Pagar Betis tahun 1962, merupakan salah satu wujud kebersamaan antara tentara dan rakyat. Demikian dikatakan Adang S., Ketua Panitia acara "Mulangkeun Panineungan Ka Mangsa Ope­rasi Pager Bitis 1962". Menu­rut Adang, kebersamaan ini sudah waktunya dibangkitkan kembali untuk memerangi kemiskinan dan kebodohan yang kini menjadi musuh laten bangsa Indonesia.
Acara tersebut digagas oleh Paguyuban Warga Ku­jang Satu (PWKS). Lapangan di Kec. Ibun Kab. Bandung di­pilih karena pada saat itu merupakan lokasi menyerah­nya para pendukung Karto­suwirjo.
Sejumlah pelaku sejarah dan saksi mata operasi Pagar Betis yang hadir dalam acara kemarin, di antaranya adalah Brigjen TNI (Pum.) Ngudiono dan Kolonel (Pum.) Lili Sumatri
Hadir juga Danrem 062/Tarumanagara Kol. Inf. Adang Rachmat Sudjana, Dandim 0609/Kab. Bandug--Cimahi Letkol Inf. Handy Guniardi, politisi senior Jabar Tjetje Padmadinata, Ketuai DPD Golkar Jabar Uu Rukmana, serta Direktur Utama PT Pikiran Rakyat Bandung Syafik Umar.
Konsep Pagar Betis meru­pakan usulan dari Danrem Bo­gor waktu itu, Ishak Djuarsa. Ribuan rakyat yang kesal ter­hadap ulah DI/TII bersatu dengan sekitar 30 batalyon tentara dari mulai Banten hingga Gunung Ciremai, untuk mengepung setiap daerah yang diduga menjadi persem­bunyian 




Pikiran Rakyat
HALAMAN  1 dan 13

 BANDUNG – MINGGU (KLIWON) 13 MEI 2007

Sabtu, 03 September 2016

Pagi yang Kesiangan di Heubeul Isuk

NAMA kadang menjadi sebuah representasi keadaan sebenarnya. Meskipun kadang-kadang terdengar janggal, namun makna yang terkandung adalah yang paling penting dibandingkan sekadar artikulasi. Hal ini terjadi pada Kampung Heubel Isuk yang secara administratif berada di Desa Sukajadi Kec. Soreang Kab. Bandung.
Kampung ini terletak di antara Kampung Patrol dan Cukanghaur pada desa yang sama. Kedua kampung tadi mungkin lebih dikenal dibandingkan dengan Kampung Heubeul Isuk. Kampung Patrol dikenal karena sempat menjadi biang kemacetan akibat longsor besar hingga memakan setengah badan jalan raya Soreang-Ciwidey, beberapa bulan lalu. Sedangkan Kampung Cukanghaur dikenal masyarakat karena keindahan panorama arsitektur jembatan kereta api yang tak difungsikan lagi.
Kampung berpenduduk sekitar 60 kepala keluarga itu dinamakan Heubeul Isuk karena
semua warga terlambat mendapatkan pagi. Dengan kata lain, warga Heubeul Isuk sangat lama menanti datangnya pagi (Sunda: heubeul=lama, isuk=pagi). Sebuah bukit besar di
scbclah timur kampung itu membuat sinar matahari pagi tak pernah dirasakan warga.
"Sejak zaman kakek saya, kampung ini.sudah ada. Kita memang sudah terbiasa men­dapatkan pagi yang lebih siang. Paling cepat matahari mulai bersinar di kampung ini seki­tar pukul 10.00," kata Udin (62), tokoh ma­syarakat Kampung Heubeul Isuk, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (24/11), Udin lahir dan besar di kampung ini hingga sekarang. Meskipun tak mendapatkan matahari pagi, masyarakat kampung itu memiliki tubuh yang sehat dan menjaga benar kebersihan lingkungan.
Kampung Heubeul Isuk berada tepat di kaki bukit yang juga disebut warga dengan nama Heubeul Isuk. Karena kemiringan yang cukup ekstrem, kini warga hampir tak mungkin membangun ke arah atas bukit. Makanya, pengembangan kampung ini di­lakukan ke seberang Jalan Raya Soreang-Ciwidey, tepatnya ke daerah persawahan. Menurut Udin, kampung ini awalnya hanya dihuni sekitar lima kepala keluarga namun terus berkembang hingga jumlahnya mencapai 60 ke­pala keluarga seperti sekarang.
Satu kebiasaan unik yang dijalani warga Heubeul Isuk yaitu mereka biasanya menjemur pakaian setelah pukul 11.00, bukan pagi hari seperti yang dilakukan masyarakat pada umumnya. Lambatnya kedatangan sinar matahari yang memaksa warga Heu­beul Isuk melakukan hal itu.
Menurut sejumlah tetua di kampung ini, masyarakat sempat mencoba mengganti nama Heubeul Isuk sekitar awal tahun 1950-an menjadi Kam­pung Babakan Manglid. Upaya
penggantian nama itu pernah dilakukan dengan menulisnya besar-besar pada gapura menuju kampung itu. Namun, perubahan nama itu ternyata tak begitu saja diterima warga dan bertahan sekitar satu tahun saja. Setelah itu, nama Heubeul Tsuk kembali digunakan hingga sekarang.
Meskipun berada pada ke­miringan yang cukup tajam, kampung ini tak terkendala dengan ancaman longsor. Sebuah talun bambu yang dibiarkan tumbuh alami serta banyaknya tanaman keras membuat permukaan tanah di Heubeul Isuk cukup stabil. Tak ada dinding rumah retak sejak lama. Petani pun masih tetap leluasa berkebun di bagian atas rumah mereka selama ini. Pohon-pohon keras di bukit Heubeul Isuk juga mengalirkan air di dua mata air yang terus mengalir meski kemarau tiba.
Lalu, apakah kondisi ini membuat warga Heubeul Isuk menjadi malas-malasan dengan bangun lebih siang?
"Oh tidak. Bagaimana bisa kita bangun lebih siang kare­na kebanyakan profesi warga adalah buruh pabrik dan pe­tani. Tetap saja kita bangun pagi meskipun matahari datang lebih siang," ucap Udin. (Deni Yudiawan/"PR")***

Pikiran Rakyat
Bandung - Senin (Pahing) 26 November 2007

Senin, 22 Agustus 2016

TINGGAL KENANGAN HJ. R. IDA WIDHANINGSIH BINTI H. R. TAMA (15 Pebruari 1943 – 22 Maret 2014) PERJALANAN KARIR HINGGA PENSIUN

Mengenang, bukan meratapi.

Imam Muslim meriwayatkan dari 'Aisyah dia berkata; "Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, pernah meminta izin untuk masuk ke dalam rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Sepertinya beliau mengenali suaranya yang mirip dengan suara Khadijah, hingga beliau merasa senang. Tak lama kemudian beliau berkata: ya Allah, ternyata ia adalah binti Khuwailid, adik perempuan Khadijah! ' Aisyah berkata; Tentu saja saya merasa cemburu dan berkata; 'Mengapa Anda masih mengingat-ingat perempuan Quraisy yang tua renta itu, yang kedua ujung bibirnya telah memerah dan ia sudah tidak ada lagi, Sedangkan Allah telah memberikan gantinya yang lebih dari padanya untuk engkau."


Hj. R. Ida Widaningsih diangkat menjadi guru PNS pada 1 Januari 1970. Ditempatkan di SD Negeri Manggahang II yang terletak di Cipicung desa Manggahang Kecamatan Ciparay. Ia dapat cepat diangkat ketika sudah lulus KGA karena saat itu memang masih dibutuhkan tenaga guru. Pengangkatan PNS saat itu tidak melalui seleksi seperti testing. Pengangkatan dilakukan atas usul Penilik secara tambal sulam. Ketika ada guru yang pensiun diusulkan pengangkatan pns guru baru.
Ketika mengikuti KGA ia belum menjadi PNS padahal untuk membayar uang kursus harus ada yang bersedia dipotong gajinya. Asep Rosidin salah seorang adik misan Hj. R. Ida bersedia membantu. Setiap bulan gajinya dipotong untuk membayar uang kursus yang baru diganti belakangan.
Di sekolah inilah Hj. R. Ida mulai belajar untuk mengajar di kelas yang sebenarnya. Meskipun baru pertama kali mengajar ia  dapat cepat menyesuaikan diri sehingga dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Setahun kemudian ia mengajukan permohonan pindah tugas ke Dayeuhkolot, Kepala SD tempatnya bekerja merasa berkeberatan.  Hanya karena di Dayeuhkolot juga ada SD yang kekurangan guru akhirnya permohanan pindah itu dikabulkan dan ditempatkan di SD Negeti Dayeuhkolot VI di Pasigaran yang saat itu dipimpin oleh pak Eme Ahmad, yang membantu kepindahan itu. Pak E. Ahmad adalah adik misan mak Uking, ibu dari Hj. R. Ida.
Hj. R. Ida Widaningsih pindah ke SD Negeri Dayeuhkolot VI mulai 1 Mei 1971.  Penyelenggaraan administrasi kelas dan administrasi sekolahnya relatif lebih baik dibandingkan dengan tempat bekerja sebelumnya. Di tempat kerja sebelumnya pun sudah terbiasa mengerjakan administrasi kelas hanya pengarsipannya belum tertata rapi.  Di sini administrasi kelas yang sejenis ditempatkan dalam satu map. Jika hendak digunakan atau ada pemeriksaan tidak sulit lagi menyiapkannya.
Pekerjaan guru itu bukan hanya mengajar di kelas, melainkan juga membuat persiapan (tertulis) sebelum mengajar dan melakukan evaluasi setelahnya. Sebelum diberlakukannya Kurikulum 1975 persiapan mengajar itu bentuknya sederhana tidak terlalu rinci. Persiapan mengajar yang sudah dibuat guru harus diketahui/ditanda tangani oleh Kepala Sekolah.
Bukan tak ada yang enggan membuat persiapan mengajar ini. Yang sudah lama mengajar ada yang berpendapat tak perlu membuatnya karena sudah hafal apa yang harus dikerjakannya di kelas.  Adakalanya pekerjaan yang seharusnya dilakukan sebelum mengajar itu justru dikerjakan setelahnya. Biasanya ketika akan ada pemeriksaan oleh Penilik/Pengawas SD. Persiapan mengajar yang telah selesai dan ditandatangani oleh guru masih harus diperiksa dan ditandatangani kepala sekolah sebelum dipergunakan. Umumnya persiapan mengajar itu dibuat untuk setiap hari sekolah.
Mulai 1 Januari 1974 pindah lagi ke SD Negeri Dayeuhkot VII, yang saat itu berlokasi di jalan Raya Dayeuhkolot. Kepindahan ini dimungkinkan karena salah seorang guru di sekolah itu pindah mengajar ke SMP Negeri Dayeuhkolot. Kepindahan guru SD ke SMP itu biasanya dimaksudkan supaya golongan pangkatnya tidak terhenti di golongan II/d. Jika pindah ke SMP bisa sampai ke golongan III/b. Saat itu guru belum dinyatakan sebagai jabatan fungsional.
Lokasi SD N Dayeuhkolot VII bersama dengan SD N Dayeuhkolot II dan IV terletak di pinggir jalan Raya Dayeuhkolot. Status tanahnya milik Desa. Lokasi ketiga SD itu sekarang dijadikan ruko yang salah satunya Toko Mas Sinar Gaya.  Beberapa tahun kemudian lokasinya pindah ke jalan Mama Yuda (Bolero), sedangkan SD N Dayeuhkolot II dan IV pindah ke bangunan baru di kampung Kaum dekat makam Bupati Bandung.
Di sekolah ini bekerja cukup lama hingga 30 Juni 1983. Di sekolah ini ia berhasil mengembangkan kemampuan mengajar berbekal pengalaman di tempat kerja sebelumnya. Di sini ia mendapat tugas mengajar kelas I dengan berhasil. Ukuran keberhasilan dengan cara sederhana saja, yaitu hampir semua murid di kelasnya sudah mampu membaca, menulis dan  berhitung pada semester pertama. Dengan jumlah murid pada setiap rombongan cukup banyak, tentu bukanlah pekerjaan mudah, karena waktu itu hampir semua murid kelas I tidak pernah belajar di TK lebih dahulu.
Pada saat Hj. R. Ida mengajar di sekolah ini pemerintah mulai menerapkan metode mengajar membaca menulis SAS (Sistem Analitik Sintetik) melengkapi metode yang digunakan sebelumnya. Untuk persiapannya guru-guru kelas I diwajibkan mengikuti penataran. Buku yang digunakan sebagai bahan penataran itu sampai saat ini masih ada. Nampaknya ia tidak menjumpai kesulitan mempelajari dan menmggunakan metode SAS ini. Sementara rekan-rekannya yang lain ada yang merasa sulit menggunakannya Hj. R. Ida justru merasa terbantu untuk meningkatkan keberhasilan murid-muridnya.
Bekerja dengan penuh kesungguhan dan menerapkan displin bagi diri sendiri menyebabkan Hj. R. Ida Widaningsih memperoleh nilai DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan) cukup tinggi dibandingkan dengan rekan-rakannya yang sebagian besar lebih senior.  DP3 itu merupakan dokumen semacam rapor yang dibuat rangkap tiga, satu untuk penilai, satu untuk atasan penilai dan untuk pns yang dinilai. Penilaian ini dibuat setiap akhir tahun, jadi untuk setiap tahun satu DP3. Perolehan nilai dari tahun ke tahun senantiasa naik, menandakan kinerjanya cukup baik.  Adakalanya penilaian itu dilakukan pejabat penilai secara subyektif. Pernah salah satu unsur yang dinilai lebih rendah dari tahun sebelumnya, ketika hal itu ditanyakan penyebabnya mendapat jawaban karena tidak membantu kegiatan kepala sekolah di desa. Ukuran yang aneh karena kegiatan di desa bukan merupakan tugas pokok guru.
Waktu itu para guru diwajibkan mempunyai ringkasan catatan DP3 dari tahun ke tahun.   Mungkin untuk melihat perkembangan kinerja setiap guru.
Boleh jadi karena tidak menyalin langsung dari DP3 tiap tahun atau oleh penyebab lain, nilai dalam ringkasan itu ternyata ada yang lebih rendah dari yang tercantum dalam DP3. Ini baru diketahui ketika mengajukan permohonan pindah mengajar ke sekolah lain. Posisi Hj. R. Ida dalam DUK di sekolah ini terhitung rendah karena hampir semua gurunya  termasuk guru senior. Sementara kalau pindah ke sekolah lain posisi DUK-nya bisa naik, apa lagi jika pindah ke SD Inpres.
Pernah minta bantuan salah seorang saudara yang menjadi Kepala SD yang baru dibentuk dengan harapan dapat menaikkan posisi dalam  DUK tetapi tidak ditanggapi dengan alasan khawatir mengganggu hubungan baik dengan Kepala SD yang ditinggalkan.
Saat itu jabatan guru belum dijadikan jabatan fungsional yang memungkinkan kenaikan pangkat yang tak terbatas. Pangkat guru SD saat itu maksimum hingga golongan II/d sekalipun sudah memenuhi syarat naik ke III/a.  Supaya bisa naik pangkat hingga ke golongan III tak ada jalan lain dari pada berusaha untuk diangkat menjadi Kepala Sekolah atau pindah mengajar ke SMP. Setiap sekolah dapat mengusulkan calon Kepala SD yang salah satu syaratnya mempunyai posisi paling tinggi dalam Daftar Urut Kepangkatan (DUK) di sekolah yang bersangkutan.
Akhirnya Hj. R. Ida Widaningsih diizinkan pindah ke SD Negeri Dayeuhkolot XI mulai 1 Juli 1983. Saat itu sekolah ini dipimpin oleh Ibu Hj. Iing Hafidzoh. Ketika baru pindah ke sekolah ini jumlah muridnya tidak sebanyak di sekolah-sekolah sebelumnya. Murid kelas satu hanya belasan orang. Nampaknya masih kurang mendapat kepercayaan masyarakat. Setelah Hj. R. Ida mengajar di sekolah ini, berangsur-angsur pendaftar murid kelas I bertambah banyak sehingga akhirnya mencapai dua rombongan belajar. Dalam waktu lima tahun setiap tingkatan terdiri atas dua rombongan belajar`. Tahun 1988 sekolah ini memenuhi syarat untuk dibagi dua.  Atas dukungan Ibu Hj. Siti Rochmah, kepala sekolah saat itu yang menggantikan Ibu Iing Hafidzoh, SD Negeri Dayeuhkolot XI dimekarkan menjadi dua sekolah. SD Negeri Dayeuhkolot XI dan SD Negeri Dayeuhkolot XIII.
Setelah melalui proses yang melelahkan sekolah ini dibagi dua dengan dibentuknya SD Negeri Dayeuhkolot XIII. Hj. R. Ida Widaningsih diangkat menjadi pejabat Kepala Sekolah baru ini sejak 1 Nopember 1988 dan diangkat sebagai Kepala SD yang sama mulai 25 Maret 1989. Hj. R. Ida Widaningsih tak pernah pindah ke sekolah lain sampai pensiun pada 1 Maret 2003. Mulai dari sekolah dengan murid yang minim. Satu kelas hanya beberapa belas orang. Karena mendapat kepercayaan masyarakat dapat mengembangkan sekolahnya menyamai sekolah induk.
Banyak kepala sekolah yang berusaha minta pindah ke sekolah lain yang muridnya lebih banyak. Ada kepala sekolah yang bertugas di tempat yang sebenarnya dekat dengan rumahnya pun minta pindah ke sekolah yang lebih banyak muridnya meskipun lokasi sekolahnya lebih jauh dari tempat tinggalnya. Bukan tak ada yang setelah pindah ke sekolah yang diinginkannya kemudian mengaku ditugaskan untuk  memperbaiki sekolah yang didatanginya.
Ketika Hj. R. Ida Widaningsih pensiun masih diminta untuk tetap menjabat kepala sekolah sampai ada penggantinya, tetapi ditolaknya. Bukan karena sudah tak mau menyumbangkan tenaga melainkan hendak menghindari tudingan seakan-akan tak mau melepaskan jabatan. Dan seperti umumnya sekolah bermurid banyak, tak sedikit yang ingin menggantikannya di sekolah itu. Hj. R. Ida Widaningsih pernah berceritera bahwa ada kepala SD yang ingin pindah ke SD Negeri Dayeuhkolot XIII, katanya sampai ditahajudan. Maksudnya mungkin berdo’a ketika tahajud karena dikabulkan tidaknya keinginan seseorang bukan karena tahajud, melainkan atas perkenan Allah swt.
Setelah Hj. R. Ida pensiun, ibu Hj. Euis Rohani menggantikannya sebagai kepala SD Dayeuhkolot XIII. Pada saat yang bersamaan ibu Hj. Sarwati menjabat Kepala SD Negeri Dayeukolot XI menggantikan ibu H. Yuyu Rodiah.  Ketika ibu Hj. Sarwati meninggal dunia, ibu Hj. Euis Rohani merangkap sebagai pejabat Kepala SD Negeri Dayeuhkolot XI. Dua sekolah yang jumlah muridnya sama banyak itu dimerger saat dipimpin oleh ibu Hj. Euis Rohani. Anehnya dua sekolah lain yang ada di kompleks yang sama tidak dimerger, meskipun salah satu di  antaranya jumlah muridnya kurang dari jumlah murid SD Negeri Dayeuhkolot XIII.  

Sepuluh tahun setelah pensiun Hj. R. Ida Widaningsih Allahu Yarham wafat pada usia 71 tahun. Tepatnya pada 22 Maret 2014. Meninggalkan suami, lima anak dan empatbelas orang cucu. Semoga Allah swt merahmatinya, dan sesungguhnya kita kepunyaan Allah dan akan dikembalikan kepada-Nya. Ia lebih dahulu dari kita dan kita akan mengikutinya.




Kamis, 10 Maret 2016

Kesadaran Geografi Kita
Oleh : SRI EDI SWASONO
Di tengah menekuni buku Re­source Wars (MT Klare, 2002) juga memaknai gemuruhnya Perhimpunan Nasionalis Indonesia (PNI-nya Kwik Kian Gie dan kawan-kawan), serta menyimak pemberitaan Kompas (26/3) tentang pidato pengukuhan guru besar mengenai integrasi nasional Indonesia tentu terasa mengejutkan melihat kenyataan ini.
Kuliah subtopik "interdependensi ekonomi" di kelas semester ke-8 pada sebuah universitas terkemuka di Jakarta tidak dapat saya lanjutkan. Bagaimana mungkin para mahasiswa tidak mengenal Laut Sawu Teluk Tomini, Morotai, Sorong, Timika dan lokasi geografi strategis lain guna membangun pola-pola interdependensi ekonomi yang akan dibahas di kelas.
Semula saya tidak yakin para mahasiswa semester ke-8 ini benar-benar "buta" ilmu bumi Indonesia. Ketika dengan jengkel saya tawarkan siapa yang tahu di mana Laut Sawu, Bima, Waingapu, Maumere, Ende Larantuka, dan Rote akan saya luluskan tanpa saya periksa ujiannya, be­nar-benar malapetaka terbukti, tidak seorang pun mengacungkan tangan.
Mereka memang tidak mengenal Tanah Airnya. Di kelas ini ada yang mengaku berasal dari Jawa Barat (lahir Betawi) pun tidak tahu di mana Pameungpeuk. Ada yang menyatakan Jarnbi di sebelah timur Palembang. Ada yang menggambar letak Minahasa di antara Makasar dan Parepare, Demikian pula Boyolali (asal orangtuanya) dikatakan di selatan Solo, dan mengatakan Cepu di Jawa Timur Mereka meletakkan Pontianak di antara Ketapang dan Pangkalan Bun padahal jelas Tugu Khatulistiwa di Pontianak, Mereka tidak lancar menyebut 10 nama kota besar di Jawa, sempat berhenti pada deretan kota ke-8, dan seterusnya-
Kesimpulan saya, mereka tidak merasa sempit atau sesak napas hidup di Indo­nesia hanya berwawasan cekak Jabotabek, tanpa tahu the land beyond, ibarat miopi dan berkacamata sempit cukuplah hidup ini, Ibaratnya, tidak perlu mengenal Nusantara berikut isi dan penghuninya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote. Seolah mereka tidak merasa risi tanpa tahu zero point keberadaan mereka.
Hegemoni akademis
Bagi saya apabila bangsa kita seperti yang ada di kelas itu ini merupakan sesuatu pelumpuhan sempuma (a complete disempowerment) atas suatu bangsa,
Sudah sejak beberapa waktu saya meng-amati terjadinya hegemoni akademis di kampus-kampus kita. Ada kecenderungan laten sejak lama kurikulum telah mem-bentuk manusia-manusia elite yang ambivalen, menjadikan mereka "orang Barat di Timur" atau "orang Timur yang ke-Barat-Barat-an" yang lengah akan ideologi dan kesadaran nasionalnya.
Bagi Indonesia yang berideologi Pan-casila yang multikulturalistik dan berma-nifesto Bhineka Tunggal Ika hegemoni akademis yang mengubur cita-cita (visi dan misi kemerdekaan) adalah upaya me, rongrong perjalanan sejarah bangsa,
Suatu nationhood yang dalam dimensi ututuhnya mengemban doktrin self-deterrnination, sovereignty, dan territorial inte¬grity tidak dikenal para mahasiswa kelas saya ini. Mereka adalah warga negara Indonesia tanpa kesadaran geografi, tak mengenal prinsip ksatria sedumuk bathuk senyari bumi Mereka dilumpuhkan oleh semacam "kurikulum modern" yang mendikte agar sejarah dan ilmu bumi Indonesia tak perlu benar-benar diajarkan.
Teritori tidak utuh
Pada kuliah pekan berikutnya, mereka tetap saja tidak tahu di mana Miangas dan Rote. Bahkan, ada yang mengatakan Andalusia di Swiss dan Maroko di Filipina, mereka tidak mengenal Federico Garcia Lorca (dari Andalusia), Friedrich von Schiller, Sir Rabindranath Tagore, dan lainnya, adalah bagian dari telah terjadinya pelumpuhan akademis itu, Suatu perlucutan dari konteks dan tekstur mondial paling sederhana,
Terpaksa saya membeli delapan peta (atlas). Ada yang berjudul Atlas Lengkap (untuk sekolah dasar); Atlas Dunia (untuk SD STP dan SMU); Atlas Indonesia dan Dunia; Atlas Indonesia dan Dunia (untuk IPS); dan seterusnya. Dari peta sebanyak itu hanya satu yang memuat Pulau Mi¬angas (1268BT/535LU) itu pun salah tulis, Pulau Miangsa, Tujuh peta lain hanya memuat sampai ke Kepulauan Sangihe (1255BT/35LU) dan Kepulauan Talaud (126,8BT/4,5LU). Atlas kita tidak tuntas, teritori Indonesia tidak diutuhkan. Pada umumnya hanya di peta lama (terbitan 1994 ke bawah), di peta-peta dinding lama Pulau Miangas masih tertera.
Tentu memalukan, Pulau Miangas justru tertera jelas di peta dinding yang terpancang di ruang kerja Duta Besar Amerika Serikat di Jakarta, Untunglah inflight-magazine Garuda Indonesia memuat Pulau Miangas (atas saran saya), Kita tinggal menunggu apakah nasib Pulau Mi-angas akan sama dengan Pulau Sipadan dan Ligitan. Mindset mereka tidak mencakup utuh Tanah Air sebagai milik dan bagian kehidupan bernegara.
Bagaimana bangsa kita lengah dan mudah dilumpuhkan melalui skenario akademik macam ini? Ataukah ini sekadar absurditas atau ketumpulan budaya? Bagaimana nasionalisme bisa direvitalisasi tanpa ada kesadaran teritorial? Bagaimana nasionalisme bisa berkembang bila para pemimpin menjuali kedaulatan negara (Indosat dan lainnya)?
"Resources wars"
Perang kekayaan alam (resource wars) yang gamblang digambarkan Klare cukup mengerikan. A Lowrie (2002) menambahkan doktrin resource scarcity sedang bergeser menjadi doktrin "negara bandit" (rogue state doctrine), Kita dirampok para Herrenvolker, bangsa adidaya ekonomi, yang menggandeng pasar bebas, yang de¬ngan mudah menjarah kekayaan alam kita. Pasar bebas yang diwakili para global fi¬nancial tycoons tanpa kedok lagi berunjuk gigi sebagai super-imperialis QA Hudson, 2003), Saking lemahnya kesadaran geografi dan sovereignty atas teritori, 6.000 (dari sekitar 18.000) pulau yang disatukan lautan luas setelah 60 tahun merdeka, ada yang belum diberi nama, Nama-nama indah nelayan setempat sepatutnya diadopsi sebagai nama pulau.
Peta-peta Indonesia tak utuh yang beredar hendaknya ditarik kembali. Para penyusun tidak boleh mengkhianati dan menjerumuskan anak-anak dengan memperdagangkan atlas macam itu. Wisata Nusantara antar pulau bagi bapak/ibu guru dan murid perlu dipromosikan dengan dana masyarakat dan APBN.
SRI-EDI SWASONO
Pj Ketua Umurn Dekopin; Ketua Dewan
Pakar PKP-Indonesia

KOMPAS SENIN 17 APRIL 2006
 Halaman 6


Rabu, 01 Juli 2015

DAFTAR SURAT AL QUR'AN


Daftar Surat-surat Al-Qur’an ini penyusun salin dari Al Quran Digital versi 2.1 Jumadil Akhir 1425 (Agustus 2004) (website http://www.alquran-digital.com yang dapat diunduh dari internet secara gratis). Terjemahan yang digunakan bersumber dari Terjemah Al Qur'an Departemen Agama RI. Untuk melengkapinya diambil dari Abu Abdujllah az-Zamjani, Wawasan Baru Tarikh Al-Qur'an yang diterjemahkan oleh Marzuki Anwar dan A. Qurtubi Hassan dan diterbitkan oleh Mizan, cetakan II, 1991.

Dalam Daftar Surat-surat Al-Qur’an ini setiap surat disertai keterangan singkat mengenai banyak ayat, waktu diturunkannya setelah setelah surat apa, sebutan lain untuk surat itu. 
Naskah ini dibuat pada tahun 2012, selesai tanggal 2 April 2012. Semula dimaksudkan untuk dipergunakan sendiri. Diunggah ke blog ini dengan maksud mengamankan naskah sederhana ini dari kemungkinan rusak karena kerusahan perangkat keras tempat menyimpannya, dan mudah-mudahan bermanfaat pula bagi kaum muslimin lainnya, khususnya bagi anak cucu kami.

Surat 1 Al Faatihah (Pembukaan) Makkiyyah, terdiri atas 7 ayat. Diturunkan sesudah surat Al-Muddatstsir. Surat yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap.  Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan dimulainya Al Quran. Dinamakan Ummul Quran (induk Al Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitaab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran, dan karena itu diwajibkan membacanya pada tiap-tiap shalat. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sembahyang.

Surat 2 Al Baqarah terdiri atas 286 ayat. Madaniyyah. Surat yang pertama diturunkan di Madinah. Sebahagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah. Merupakan surat terpanjang, dan di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah(Sapi betina) karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), yang menggambarkan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamaijuga Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain. Dinamai juga surat alif-laam-miim karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim. Bersama surt 3 Ali ‘Imran dinamakan Az Zahrawaani (dua yang cemerlang), karena kedua surat ini menyingkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para Ahli Kitab.

Surat 3 Ali 'Imran terdiri atas 200 ayat. Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Anfaal. Dinamakan Ali 'Imran karena memuat kisah keluarga 'Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi Isa a.s., persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam a. s., kenabian dan beberapa mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam puteri 'Imran, ibu dari Nabi Isa a.s. Surat Al Baqarah dan Ali 'Imran ini dinamakan Az Zahrawaani (dua yang cemerlang), karena kedua surat ini menyingkapkan hal-hal yang disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran Nabi Isa a.s., kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. dan sebagainya.

Surat 4  An Nisaa' terdiri atas 176 ayat, adalah surat Madaniyyah yang terpanjang sesudah surat Al Baqarah. Diturunkan sesudah surat Al-Mumtahanah. Dinamakan An Nisaa' karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain. Surat yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surat Ath Thalaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa' dengan sebutan: Surat An Nisaa' Al Kubraa (surat An Nisaa' yang besar), sedang surat Ath Thalaq disebut dengan sebutan: Surat An Nisaa' Ash Shughraa (surat An Nisaa' yang kecil).

Surat 5 Al Maa'idah terdiri atas 120 ayat; termasuk golongan surat Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Fath. Sekalipun ada ayatnya yang turun di Mekah, namun ayat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, yaitu di Arafah waktu haji wadaa' (ayat 3).  Surat ini dinamakan Al Maa'idah (hidangan) karena memuat kisah pengikut-pengikut setia Nabi Isa a.s. meminta kepada Nabi Isa a.s. agar Allah menurunkan untuk mereka Al Maa'idah (hidangan makanan) dari langit (ayat 112). Dan dinamakan Al Uqud (perjanjian), karena kata itu terdapat pada ayat pertama surat ini, dimana Allah menyuruh agar hamba-hamba-Nya memenuhi janji prasetia terhadap Allah dan perjanjian-perjanjian yang mereka buat sesamanya. Dinamakan juga Al Munqidz (yang menyelamatkan), karena akhir surat ini mengandung kisah tentang Nabi Isa a.s. penyelamat pengikut-pengikut setianya dari azab Allah.

Surat 6 Al An'aam (binatang ternak) terdiri atas 165 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, karena hampur seluruh ayat-ayat-Nya diturunkan di Mekah dekat sebelum hijrah. Ayat-ayat : 20, 23, 91, 83, 114, 141, 151, 152, dan 153 Madaniyah. Diturunkan sesudah surt Al-Hijr (menurutAbu Abdullah Az-Zanjani) ada juga yang menyatakan sesudah surat Al A’raf (menurut Al-Quran digital). Dinamakan Al An'aam karena di dalamnya disebut kata An'aam dalam hubungan dengan adat-istiadat kaum musyrikin, yang menurut mereka binatang-binatang ternak itu dapat dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada tuhan mereka. Juga dalam surat ini disebutkan hukum-hukum yang berkenaan dengan binatang ternak itu.


Surat 7 Al A'raaf, 206 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Ash-Shad, sebelum turunnya surat Al An'aam (menurut Al-Quran digital) dan termasuk golongan surat Assab 'uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Dinamakan Al A'raaf karena perkataan Al A'raaf terdapat dalam ayat 46 yang mengemukakan tentang keadaan orang-orang yang berada di atas Al A'raaf yaitu: tempat yang tertinggi di batas surga dan neraka.

Surat 8 Al Anfaal terdiri atas 75 ayat; termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, karena seluruh ayat-ayatnya diturunkan di Madinah. Menurut Abu Abdullah Az-Zanjaniayat-ayat 30 s/d 36 Makkiyah (hal. 71). Diturunkan sesudah surat Al-Baqarah.  Surat ini dinamakan Al Anfaal yang berarti harta rampasan perang berhubung kata Al Anfaal terdapat pada permulaan surat ini dan juga persoalan yang menonjol dalam surat ini ialah tentang harta rampasan perang, hukum perang dan hal-hal yang berhubungan dengan peperangan pada umumnya. Menurut riwayat Ibnu Abbas r.a. surat ini diturunkan berkenaan dengan perang Badar Kubra yang terjadi pada tahun kedua hijrah. Peperangan ini sangat penting artinya, karena dialah yang menentukan jalan sejarah Perkembangan Islam. Pada waktu itu umat Islam dengan berkekuatan kecil untuk pertama kali dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berjumlah besar, dan berperlengkapan yang cukup, dan mereka dalam peperangan ini memperoleh harta rampasan perang yang tidak sedikit. Oleh sebab itu timbullah masalah bagaimana membagi harta-harta rampasan perang itu, maka kemudian Allah menurunkan ayat pertama dari surat ini.

Surat 9 At Taubah terdiri atas 129 ayat termasuk golongan surat-surat Madaniyyah. Diturunan sesudah surat Al-Maaidah . Surat ini dinamakan At Taubah yang berarti pengampunan berhubung kata At Taubah berulang kali disebut dalam surat ini. Dinamakan juga dengan Baraah yang berarti berlepas diri yang di sini maksudnya pernyataan pemutusan perhubungan, disebabkan kebanyakan pokok pembicaraannya tentang pernyataan pemutusan perjanjian damai dengan kaum musyrikin.  Di samping kedua nama yang masyhur itu ada lagi beberapa nama yang lain yang merupakan sifat dari surat ini.  Berlainan dengan surat-surat yang lain, maka pada permulaan surat ini tidak terdapat basmalah, karena surat ini adalah pernyataan perang dengan arti bahwa segenap kaum muslimin dikerahkan untuk memerangi seluruh kaum musyrikin, sedangkan basmalah bernafaskan perdamaian dan cinta kasih Allah.  Surat ini diturunkan sesudah Nabi Muhammad s.a.w. kembali dari peperangan Tabuk yang terjadi pada tahun 9 H. Pengumuman ini disampaikan oleh Saidina 'Ali r.a. pada musim haji tahun itu juga.

Surat 10 Yunus terdiri atas 109 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 40, 94, 95, 96 yang diturunkan pada masa Nabi Muhmmad s.a.w. berada di Madinah. Diturunkan sesudah surat Al-Israa’. Surat ini dinamai surat Yunus karena dalam surat ini terutama ditampilkan kisah Nabi Yunus a.s. dan pengikut-pengikutnya yang teguh imannya.

Surat 11 Huud termasuk golongan surat-surat Makkiyyah kecuali ayat 12, 17m dan 114 Madaniyyah, terdiri atas 123 ayat, Diturunkan sesudah surat Yunus. Surat ini dinamai surat Huud karena ada hubungan dengan terdapatnya kisah Nabi Huud a.s. dan kaumnya dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah Nabi yang lain, seperti kisah Nuh a.s., Shaleh a.s., Ibrahim a.s., Luth a.s., Syu'aib a.s. dan Musa a.s.

Surat 12 Yusuf terdiri atas 111 ayat. Makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum hijrah, kecuali ayat-ayat 1, 2, 3 dan 7 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Huud. Surat ini dinamakan surat Yusuf adalah karena titik berat dari isinya mengenai riwayat Nabi Yusuf a.s. Riwayat tersebut salah satu di antara cerita-cerita ghaib yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagai mukjizat bagi beliau, sedang beliau sebelum diturunkan surat ini tidak mengetahuinya. Menurut riwayat Al Baihaqi dalam kitab Ad Dalail bahwa segolongan orang Yahudi masuk agama Islam sesudah mereka mendengar cerita Yusuf a.s. ini, karena sesuai dengan cerita-cerita yang mereka ketahui. Dari cerita Yusuf a.s. ini, Nabi Muhammad s.a.w. mengambil pelajaran-pelajaran yang banyak dan merupakan penghibur terhadap beliau dalam menjalankan tugasnya.

Surat 13 Ar Ra'd terdiri atas 43 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Diturunkan sesudah surat Muhammad. Surat ini dinamakan Ar Ra'd yang berarti guruh karena dalam ayat 13 Allah berfirman yang artinya Dan guruh itu bertasbih sambil memuji-Nya, menunjukkan sifat kesucian dan kesempurnaan Allah s.w.t. Dan lagi sesuai dengan sifat Al Quran yang mengandung ancaman dan harapan, maka demikian pulalah halnya bunyi guruh itu menimbulkan kecemasan dan harapan kepada manusia. Isi yang terpenting dari surat ini ialah bahwa bimbingan Allah kepada makhluk-Nya bertalian erat dengan hukum sebab dan akibat. Bagi Allah s.w.t. tidak ada pilih kasih dalam menetapkan hukuman. Balasan atau hukuman adalah akibat dan ketaatan atau keingkaran terhadap hukum Allah.

Surat 14 Ibrahim terdiri atas 52 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena diturunkan di Mekah sebelum Hijrah, kecuali ayat-ayat 28 dan 29 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Nuh. Dinamakan Ibrahim, karena surat ini mengandung doa Nabi Ibrahim a.s. yaitu ayat 35 sampai dengan 41. Do'a ini isinya antara lain: permohonan agar keturunannya mendirikan shalat, dijauhkan dari menyembah berhala-berhala dan agar Mekah dan daerah sekitarnya menjadi daerah yang aman dan makmur. Doa Nabi Ibrahim a.s. ini telah diperkenankan oleh Allah s.w.t. sebagaimana telah terbukti keamanannya sejak dahulu sampai sekarang. Do'a tersebut dipanjatkan beliau ke hadirat Allah s.w.t. sesudah selesai membina Ka'bah bersama puteranya Ismail a.s., di dataran tanah Mekah yang tandus.

Surat 15 Al Hijr terdiri atas 99 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, karena diturunkan di Mekah sebelum hijrah, kecuali ayat 87 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Yusuf. Al Hijr adalah nama sebuah daerah pegunungan yang didiami zaman dahulu oleh kaum Tsamud terletak di pinggir jalan antara Madinah dan Syam (Syria). Nama surat ini diambil dari nama daerah pegunungan itu, berhubung nasib penduduknya yaitu kaum Tsamud diceritakan pada ayat 80 sampai dengan 84, mereka telah dimusnahkan Allah s.w.t., karena mendustakan Nabi Shaleh a.s. dan berpaling dari ayat-ayat Allah. Dalam surat ini terdapat juga kisah-kisah kaum yang lain yang telah dibinasakan oleh Allah seperti kaum Luth a.s. dan kaum Syu'aib a.s. Dari ke semua kisah-kisah itu dapat diambil pelajaran bahwa orang-orang yang menentang ajaran rasul-rasul akan mengalami kehancuran.

Surat 16 An Nahl terdiri atas 128 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali tiga ayat terakhir. Diuturunkan sesudah surat Al-Kahfi. Surat ini dinamakan An Nahl yang berarti lebah karena di dalamnya, terdapat firman Allah s.w.t. ayat 68 yang artinya : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah." Lebah adalah makhluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia. Ada persamaan antara madu yang dihasilkan oleh lebah dengan Al Quranul Karim. Madu berasal dari bermacam-macam sari bunga dan dia menjadi obat bagi bermacam-macam penyakit manusia (lihat ayat 69). Sedang Al Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada Nabi-nabi zaman dahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. (Lihat surat (10) Yunus ayat 57 dan surat (17) Al Isra' ayat 82). Surat ini dinamakan pula "An Ni'am" artinya nikmat-nikmat, karena di dalamnya Allah menyebutkan pelbagai macam nikmat untuk hamba-hamba-Nya.

Surat 17 Al Israa' terdiri atas 111 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 26, 32, 33, 57 dan 73 s/d 80 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Qashash. Dinamakan dengan Al Israa' yang berarti memperjalankan di malam hari, berhubung peristiwa Israa' Nabi Muhammad s.a.w. di Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Israa' pada permulaan surat ini, mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad s.a.w. beserta umatnya kemudian hari akan mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar. Surat ini dinamakan pula dengan Bani Israil artinya keturunan Israil berhubung dengan permulaan surat ini, yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat 104, Allah menyebutkan tentang Bani Israil yang setelah menjadi bangsa yang kuat lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah s.w.t. Dihubungkannya kisah Israa' dengan riwayat Bani Israil pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan, sebagaimana halnya Bani Israil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

Surat 18 Al-Kahfi terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 28, dan 83 s/d 101 madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Ghaasyiah. Dinamai Al-Kahfi artinya Gua dan Ashhabul Kahfi yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surat ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa buah cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung i'tibar dan pelajaran-pelajaran yang amat berguna bagi kehidupan manusia. Banyak hadist-hadist Rasulullah s.a.w. yang menyatakan keutamaan membaca surat ini.

Surat 19 Maryam terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah karena hampir seluruh ayatnya diturunkan sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah, bahkan sebelum sahabat-sahabat beliau hijrah ke negeri Habsyi, kecuali ayat 58 dan 71 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Fathr. Menurut riwayat Ibnu Mas'ud, Ja'far bin Abi Thalib membacakan permulaan surat Maryam ini kepada raja Najasyi dan pengikut-pengikutnya di waktu ia ikut hijrah bersama-sama sahabat-sahabat yang lain ke negeri Habsyi.  Surat ini dinamai Maryam, karena surat ini mengandung kisah Maryam, ibu Nabi Isa a.s. yang serba ajaib, yaitu melahirkan puteranya lsa a.s., sedang ia sebelumnya belum pernah dikawini atau dicampuri oleh seorang laki-laki pun. Kelahiran Isa a.s. tanpa bapa, merupakan suatu bukti kekuasaan Allah s.w.t. Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surat ini, diawali dengan kisah kejadian yang luar biasa dan ajaib pula, yaitu dikabulkannya doa Zakaria a.s. oleh Allah s.w.t., agar beliau dianugerahi seorang putera sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaan beliau, sedang usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul yang menurut ukuran ilmu biologi tidak mungkin akan terjadi.

Surat 20 Thaahaa terdiri atas 135 ayat, diturunkan sesudah diturunkannya surat Maryam, termasuk golongan surat-surat Makkiyyahm kecuali ayat-ayat 130 dan 131 Madaniyyah. Surat ini dinamai Thaahaa, diambil dari perkataan yang berasal dan ayat pertama surat ini. Sebagaimana yang lazim terdapat pada surat-surat yang memakai huruf-huruf abjad pada permulaannya, di mana huruf tersebut seakan-akan merupakan pemberitahuan Allah kepada orang-orang yang membacanya, bahwa sesudah huruf itu akan dikemukakan hal-hal yang sangat penting diketahui, maka demikian pula halnya dengan ayat-ayat yang terdapat sesudah huruf thaahaa dalam surat ini. Allah menerangkan bahwa Al Quran merupakan peringatan bagi manusia, wahyu dari Allah, Pencipta semesta alam. Kemudian Allah menerangkan kisah beberapa orang nabi; akibat-akibat yang telah ada akan dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Allah dan orang-orang yang mengingkari-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Selain hal-hal tersebut di atas, maka surat ini mengandung pokok-pokok isi sebagai berikut:
Surat 21 Al Anbiyaa' terdiri atas 112 ayat, termasuk golongan surat Makkiyyah. Diturunkan sesudah surat Ibraahiim. Dinamai al anbiyaa'(nabi-nabi), karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang nabi. Permulaan surat Al Anbiyaa' menegaskan bahwa manusia lalai dalam menghadapi hari berhisab, kemudian berhubung adanya pengingkaran kaum musyrik Mekah terhadap wahyu yang dibawa Nabi Muhammad s.a.w. maka ditegaskan Allah, kendatipun nabi-nabi itu manusia biasa, akan tetapi masing-masing mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya adalah tauhid, dan keharusan manusia menyembah Allah Tuhan Penciptanya. Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi itu, akan diazab Allah didunia dan di akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi dengan umatnya. Akhirnya surat itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik Mekah percaya kepada ajaran yang dibawa Muhammad s.a.w supaya tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat yang dahulu.

Surat 22 Al Hajj, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, kecuali ayat-ayat 52, 53, 54, dan 55 Makkiyyah,  terdiri atas 78 ayat, sedang menurut pendapat sebahagian ahli tafsir termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Perbedaan pendapat ini karena sebahagian ayat-ayat surat ini ada yang diturunkan di Mekah dan sebahagian lagi diturunkan di Madinah.  Dinamai surat ini Al Hajj, karena surat ini mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan ibadat haji, seperti ihram, thawaf, sa'i, wuquf di Arafah, mencukur rambut, syi'ar-syi'ar Allah, faedah-faedah dan hikmah-hikmah disyari'atkannya haji. Ditegaskan pula bahwa ibadat haji itu telah disyari'atkan di masa Nabi Ibrahim a.s., dan Ka'bah didirikan oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama puteranya Ismail a.s.  Menurut Al Ghaznawi, surat Al Hajj termasuk di antara surat- surat yang ajaib, diturunkan di malam dan di siang hari, dalam musafir dan dalam keadaan tidak musafir, ada ayat-ayat yang diturunkan di Mekah dan ada pula yang diturunkan di Madinah, isinya ada yang berhubungan dengan peperangan dan ada pula yang berhubungan dengan perdamaian, ada ayat-ayatnya yang muhkam dan ada pula yang mutasyabihaat.

Surat 23 Al Mu'minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Diturunkan sesudah surat Al-Anbiyaa’. Dinamai Al Mu'minuun, karena permulaan ayat ini manerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mukmin yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian tingginya sifat-sifat itu, hingga ia telah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w.

Surat 24 An Nuur terdiri atas 64 ayat, dan termasuk golongan surat-surat Madaniyah. Diturunkan sesudah surat Al-Hasyr.  Dinamai An Nuur yang berarti Cahaya, diambil dari kata An Nuur yang terdapat pada ayat ke 35. Dalam ayat ini, Allah s.w.t. menjelaskan tentang Nuur Ilahi, yakni Al Quran yang mengandung petunjuk-petunjuk. Petunjuk-petunjuk Allah itu, merupakan cahaya yang terang benderang menerangi alam semesta. Surat ini sebagian besar isinya memuat petunjuk- petunjuk Allah yang berhubungan dengan soal kemasyarakatan dan rumah tangga.

Surat 25 Al Furqaan  terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, kecuali ayat-ayat 68. 69, 70 Madaniyyah. Diuturunkan sesudh surat Yaasiin. Dinamai Al Furqaan yang artinya pembeda, diambil dari kata Al Furqaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Quran. Al Quran dinamakan Al Furqaan karena dia membedakan antara yang haq dengan yang batil. MAka pada surat ini pun terdapat ayat-ayat yang membedakan antara kebenaran ke-esaan Allah s.w.t. dengan kebatilan kepercayaan syirik.

Surat 26 Asy Syu'araa'  terdiri atas 227 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 197 da dari 228 sampai akhir surat Madaniyyah. Dinamakan Asy Syu'araa' (kata jamak dari Asy Syaa'ir yang berarti penyair) diambil dari kata Asy Syuaraa' yang terdapat pada ayat 224, yaitu pada bagian terakhir surat ini, di kala Allah s.w.t. secara khusus menyebutkan kedudukan penyair- penyair. Para penyair-penyair itu mempunyai sifat-sifat yang jauh berbeda dengan para rasul-rasul; mereka diikuti oleh orang-orang yang sesat dan mereka suka memutar balikkan lidah dan mereka tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan tidak mempunyai pendirian, perbuatan mereka tidak sesuai dengan apa yang mereka ucapkan. Sifat-sifat yang demikian tidaklah sekali-kali terdapat pada rasul-rasul. Oleh karena demikian tidak patut bila Nabi Muhammad s.a.w. dituduh sebagai penyair, dan Al Quran dituduh sebagai syair, Al Quran adalah wahyu Allah, bukan buatan manusia.

Surat 27 An Naml terdiri atas 98 ayat, termasuk golongan surat- surat Makkiyyah dan diturunkan sesudah surat Asy Syu'araa'. Dinamai dengan An Naml, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan An Naml (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s. dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu. Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan ta'jub atas keteraturan kerajaan semut itu dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maba Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya. Nabi Sulaiman a.s. yang telah diberi Allah nikmat yang besar itu tidak merasa takabur dan sombong dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang saleh. Allah s.w.t. menyebut binatang semut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut itu. Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman a.s dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya. Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya, rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik pula. Dengan mengisahkan kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam surat ini Allah mengisyaratkan hari depan dan kebesaran Nabi Muhammad s.a.w. Nabi Sulaiman a.s. sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang dianugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula Nabi Muhammad s.a.w. sebagai seorang nabi, rasul dan seoramg kepala negara yang ummi' dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah.

Surat 28 Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,  kecuali ayat-ayat 52 s/d 55 diturunkan di Madinah dan ayat 85 di Juhfah waktu Hijrah . Diturunkan sesudah surat An-Naml. Dinamai dengan Al Qashash, karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata Al Qashash yang berarti cerita. Ayat ini menerangkan bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syua'ib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir'aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir'aun karena membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syua'ib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah selamat dari pengejaran orang-orang zalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum muslimin itu, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat ini dinamai juga dengan surat Musa.

Surat 29 Al 'Ankabuut terdiri atas 69 ayat, termasuk golongan surat-surrat Makkiyah, kecuali ayat-ayat 1 s/d 11 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Ar-Ruum. Dinamai Al 'Ankabuut berhubung terdapatnya perkataan Al 'Ankabuut yang berarti laba-laba pada ayat 41 surat ini, dimana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, padahal kalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, rumah itu akan hancur. Begitu pula halnya dengan kaum musyrikin yang percaya kepada kekuatan sembahan-sembahan mereka sebagai tempat berlindung dan tempat meminta sesuatu yang mereka ingini, padahal sembahan-sembahan mereka itu tidak mampu sedikit juga menolong mereka dari azab Allah waktu di dunia, seperti yang terjadi pada kaum Nuh, kaum Ibrahim, kaum Luth, kaum Syu'aib, kaum Saleh, dan lain-lain. Apalagi menghadapi azab Allah di akhirat nanti, sembahan-sembahan mereka itu lebih tidak mampu menghindarkan dan melindungi mereka.

Surat 30 Ar Ruum terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah,  kecuali ayat 17 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Insyiqaq. Dinamakan Ar Ruum karena pada permulaan surat ini, yaitu ayat 2, 3 dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Rumawi yang pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian kerajaan Ruum dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali. Ini adalah suatu mukjizat Al Quran, yaitu memberitakan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dan juga suatu isyarat bahwa kaum muslimin yang demikian lemahnya di waktu itu akan menang dan dapat menghancurkan kaum musyrikin. Isyarat ini terbukti pertama kali pada perang Badar.

Surat 31 Luqman terdiri atas 34 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 27, 28, 29  Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Ash Shaffaat. Dinamai Luqman karena pada ayat 12 disebutkan bahwa Luqman telah diberi oleh Allah nikmat dan ilmu pengetahuan, oleh sebab itu dia bersyukur kepadaNya atas nikmat yang diberikan itu. Dan pada ayat 13 sampai 19 terdapat nasihat-nasihat Luqman kepada anaknya. Ini adalah sebagai isyarat daripada Allah supaya setiap ibu bapak melaksanakan pula terhadap anak-anak mereka sebagai yang telah dilakukan oleh Luqman.

Surat 32 As Sajdah terdiri atas 30 ayat termasuk golongan surat Makkiyah, kecuali ayat-ayat 16 s/d 20. Diturunkan sesudah surat Al Mu'minuun. Dinamakan As Sajdah berhubung pada surat ini terdapat ayat sajdah, yaitu ayat yang kelima belas. Lihat no. [592].

Surat 33 Al Ahzab terdiri atas 73 ayat. Madaniyah, diturunkan sesudah surat Ali'Imran. Dinamai Al Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab, yaitu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi, kaum munafik dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang mukmin di Medinah. Mereka telah mengepung rapat orang- orang mukmin sehingga sebahagian dari mereka telah berputus asa dan menyangka bahwa mereka akan dihancurkan oleh musuh-musuh mereka itu. Ini adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai dimana teguhnya keimanan mereka. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan berupa tentara yang tidak kelihatan dan angin topan, sehingga musuh-musuh itu menjadi kacau balau dan melarikan diri.

Surat 34 Saba' terdiri atas 54 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 6 Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Luqman. Dinamakan Saba' karena didalamnya terdapat kisah kaum Saba'. Saba' adalah nama suatu kabilah dari kabilah-kabilah Arab yang tinggal di daerah Yaman sekarang ini. Mereka mendirikan kerajaan yang terkenal dengan nama kerajaan Sabaiyyah, ibukotanya Ma'rib; telah dapat membangun suatu bendungan raksasa, yang bernama Bendungan Ma'rib, sehingga negeri meka subur dan makmur. Kemewahan dan kemakmuran ini menyebabkan kaum Saba' lupa dan ingkar kepada Allah yang telah melimpahkan nikmatnya kepada mereka, serta mereka mengingkari pula seruan para rasul. Karena keingkaran mereka ini, Allah menimpahkan kepada mereka azab berupa sailul 'arim (banjir yang besar) yang ditimbulkan oleh bobolnya bendungan Ma'rib. Setelah bendungan ma'rib bobol negeri Saba' menjadi kering dan kerajaan mereka hancur.

Surat 35 Faathir terdiri atas 45 ayat. Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Furqaan dan merupakan surat akhir dari urutan surat-surat dalam Al Quran yang dimulai dengan Alhamdulillah. Dinamakan Faathir (pencipta) ada hubungannya dengan perkataan Faathir yang terdapat pada ayat pertama pada surat ini. Pada ayat tersebut diterangkan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi, Pencipta malaikat-malaikat, Pencipta semesta alam yang semuanya itu adalah sebagai bukti atas kekuasaan dan kebesaran-Nya. Surat ini dinamai juga dengan surat Malaikat karena pada ayat pertama disebutkan bahwa Allah telah menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan-Nya yang mempunyai beberapa sayap.

Surat 36 Yaasiin terdiri atas 83 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 45 Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Jin. Dinamai Yaasiin karena dimulai dengan huruf Yaasiin. Sebagaimana halnya arti huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan beberapa surat Al Quran, maka demikian pula arti Yaasiin yang terdapat pada ayat permulaan surat ini, yaitu Allah mengisyaratkan bahwa sesudah huruf tersebut akan dikemukakan hal-hal yang penting antara lain: Allah bersumpah dengan Al Quran bahwa Muhammad s.a.w. benar-benar seorang rasul yang diutus-Nya kepada kaum yang belum pernah diutus kepada mereka rasul-rasul.

Surat 37 Ash Shaaffaat terdiri atas 182 ayat. Makkiyyah diturunkan sesudah surat Al An'aam. Dinamai dengan Ash Shaaffaat (yang bershaf-shaf) ada hubungannya dengan perkataan Ash Shaaffaat yang terletak pada ayat permulaan surat ini yang mengemukakan bagaimana para malaikat yang berbaris di hadapan Tuhannya yang bersih jiwanya, tidak dapat digoda oleh syaitan. Hal ini hendaklah menjadi i'tibar bagi manusia dalam menghambakan dirinya kepada Allah.

Surat 38 Shaad terdiri atas 88. Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Qamar. Dinamai dengan Shaad karena surat ini dimulai dengan Shaad (selanjutnya lihat no. [10]). Dalam surat ini Allah bersumpah dengan Al Quran, untuk menunjukkan bahwa Al Quran itu suatu kitab yang agung dan bahwa siapa saja yang mengikutinya akan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat dan untuk menunjukkan bahwa Al Quran ini adalah mukjizat Nabi Muhammad s.a.w. yang menyatakan kebenarannya dan ketinggian akhlaknya.

Surat 39 Az Zumar terdiri ataz 75 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 52, 53 dan 54 Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Saba'. Dinamakan Az Zumar (Rombongan-rombongan) karena perkataan Az Zumar yang terdapat pada ayat 71 dan 73 ini. Dalam ayat-ayat tersebut diterangkan keadaan manusia di hari kiamat setelah mereka dihisab, di waktu itu mereka terbagi atas dua rombongan; satu rombongan dibawa ke neraka dan satu rombongan lagi dibawa ke syurga. Masing- masing rombongan memperoleh balasan dari apa yang mereka kerjakan di dunia dahulu. Surat ini dinamakan juga Al Ghuraf (kamar-kamar) berhubung perkataan ghuraf yang terdapat pada ayat 20, dimana diterangkan keadaan kamar-kamar dalam syurga yang diperoleh orang-orang yang bertakwa.

Surat 40 Al Mu'min terdiri atas 85 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 56 dan 57, diturunkan sesudah surat Az Zumar. Dinamai Al Mu'min (Orang yang beriman), berhubung dengan perkataan mukmin yang terdapat pada ayat 28 surat ini. Pada ayat 28 diterangkan bahwa salah seorang dari kaum Fir'aun telah beriman kepada Nabi Musa a.s. dengan menyembunyikan imannya kepada kaumnya, setelah mendengar keterangan dan melihat mukjizat yang dikemukakan oleh Nabi Musa a.s. Hati kecil orang ini mencela Fir'aun dan kaumnya yang tidak mau beriman kepada Nabi Musa a.s., sekalipun telah dikemukakan keterangan dan mukjizat yang diminta mereka. Dinamakan pula Ghafir (yang mengampuni), karena ada hubungannya dengan kalimat Ghafir yang terdapat pada ayat 3 surat ini. Ayat ini mengingatkan bahwa Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat adalah sebagian dari sifat-sifat Allah, karena itu hamba-hamba Allah tidak usah khawatir terhadap perbuatan-perbuatan dosa yang telah terlanjur mereka lakukan, semuanya itu akan diampuni Allah asal benar-benar memohon ampun dan bertaubat kepada-Nya dan berjanji tidak akan mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa itu lagi. Dan surat ini dinamai Dzit Thaul (Yang Mempunyai Kurnia) karena perkataan tersebut terdapat pada ayat 3.

Surat 41 Fushshilat terdiri atas 54 ayat. Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Mu'min (Ghafir) . Dinamai Fushshilat (yang dijelaskan) karena ada hubungannya dengan perkataan Fushshilat yang terdapat pada permulaan surat ini yang berarti yang dijelaskan. Maksudnya ayat-ayatnya diperinci dengan jelas tentang hukum-hukum, keimanan, janji dan ancaman, budi pekerti, kisah, dan sebagainya. Dinamai juga dengan Haa Miim dan As Sajdah karena surat ini dimulai dengan Haa Miim dan dalam surat ini terdapat ayat Sajdah.

Surat 42 Asy Syuura terdiri atas 53 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 23, 24, 25, 27, diturunkan sesudah surat Fushshilat. Dinamai dengan Asy Syuura (musyawarat) diambil dari perkataan Syuura yang terdapat pada ayat 38 surat ini. Dalam ayat tersebut diletakkan salah satu dari dasar-dasar pemerintahan Islam ialah musyawarat. Dinamai juga Haa Miim 'Ain Siin Qaaf karena surat ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah itu.

Surat 43 Az Zukhruf terdiri atas 89 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat 54 Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Asy Syuura.  Dinamai Az Zukhruf (Perhiasan) diambil dari perkataan Az Zukhruf yang terdapat pada ayat 35 surat ini. Orang-orang musyrik mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang tergantung kepada perhiasan dan harta benda yang ia punyai, karena Muhammad s.a.w. adalah seorang anak yatim lagi miskin, ia tidak pantas diangkat Allah sebagai seorang rasul dan nabi. Pangkat rasul dan nabi harus diberikan kepada orang yang kaya. Ayat ini menegaskan bahwa harta tidak dapat dijadikan dasar untuk mengukur tinggi rendahnya derajat seseorang, karena harta itu merupakan hiasan kehidupan duniawi, bukan berarti kesenangan akhirat.

Surat 44 Ad Dukhaan terdiri atas 59 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah Az Zukhruf.  Dinamai Ad Dukhaan (kabut), diambil dari perkataan Dukhaan yang terdapat pada ayat 10 surat ini. Menurut riwayat Bukhari secara ringkas dapat diterangkan sebagai berikut: Orang-orang kafir Mekah dalam menghalang-halangi agama Islam dan menyakiti serta mendurhakai Nabi Muhammad s.a.w. sudah melewati batas, karena itu Nabi mendoa kepada Allah agar diturunkan azab sebagaimana yang telah diturunkan kepada orang-orang yang durhaka kepada Nabi Yusuf yaitu musim kemarau yang panjang. Do'a Nabi itu dikabulkan Allah sampai orang-orang kafir memakan tulang dan bangkai, karena kelaparan. Mereka selalu menengadah ke langit mengharap pertolongan Allah. Tetapi tidak satupun yang mereka lihat kecuali kabut yang menutupi pandangan mereka.  Akhirnya mereka datang kepada Nabi agar Nabi memohon kepada Allah supaya hujan diturunkan. Setelah Allah mengabulkan doa Nabi, dan hujan di turunkan, mereka kembali kafir seperti semula; karena itu Allah menyatakan bahwa nanti mereka akan diazab dengan azab yang pedih.

Surat 45 Al Jaatsiyah terdiri atas 37 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat 14 Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Ad Dukhaan. Dinamai dengan Al Jaatsiyah (yang berlutut) diambil dari perkataan Jaatsiyah yang terdapat pada ayat 28 surat ini. Ayat tersebut menerangkan tentang keadaan manusia pada hari kiamat, yaitu semua manusia dikumpulkan ke hadapan mahkamah Allah Yang Maha Tinggi yang memberikan keputusan terhadap perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia. Pada hari itu semua manusia berlutut di hadapan Allah. Dinamai juga dengan Asy Syari'ah diambil dari perkataan Syari'ah (Syari'at) yang terdapat pada ayat 18 surat ini.

Surat 46 Al Ahqaaf terdiri atas 35 ayat. Makkiyyah, kecuali aya-ayat 10, 15, dan 35 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Jaatsiyah. Dinamai Al Ahqaaf (bukit-bukit pasir) dari perkataan Al Ahqaaf yang terdapat pada ayat 21 surat ini.  Dalam ayat tersebut dan ayat-ayat sesudahnya diterangkan bahwa Nabi Hud a.s. telah menyampaikan risalahnya kepada kaumnya di Al Ahqaaf yang sekarang dikenal dengan Ar Rab'ul Khaali, tetapi kaumnya tetap ingkar sekalipun mereka telah diberi peringatan pula oleh rasul-rasul yang sebelumnya. Akhirnya Allah menghancurkan mereka dengan tiupan angin kencang. Hal ini adalah sebagai isyarat dari Allah kepada kaum musyrikin Quraisy bahwa mereka akan dihancurkan bila mereka tidak mengindahkan seruan Rasul.

Surat 47 Muhammad terdiri atas 38 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, kecuali ayat 13 diturunkan dalam perjalanan waktu hijrah. Diturunkan sesudah surat Al Hadiid. Nama Muhammad sebagai nama surat ini diambil dari perkataan Muhammad yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Pada ayat 1, 2, dan 3 surat ini, Allah membandingkan antara hasil yang diperoleh oleh orang-orang yang tidak percaya kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w dan hasil yang diperoleh oleh orang-orang yang tidak percaya kepadanya. Orang-orang yang percaya kepada apa yang dibawa oleh Muhammad s.a.w merekalah orang-orang yang beriman dan mengikuti yang hak, diterima Allah semua amalnya, diampuni segala kesalahannya. Adapun orang-orang yang tidak percaya kepada Muhammad s.a.w adalah orang-orang yang mengikuti kebatilan, amalnya tidak diterima, dosa mereka tidak diampuni, kepada mereka dijanjikan azab di dunia dan di akhirat. Dinamai juga dengan Al Qital (peperangan), karena sebahagian besar surat ini mengutarakan tentang peperangan dan pokok-pokok hukumnya, serta bagaimana seharusnya sikap orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir.

Surat 48 Al Fath terdiri atas 29 ayat. Madaniyyah, Diturunkan dalam perjalanan waktu kembali dari Hudaibiah. Diturunkan sesudah surat Al Jum'ah. Dinamakan Al Fath (kemenangan) diambil dari perkataan Fat-han yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Sebagian besar dari ayat-ayat surat ini menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan kemenangan yang dicapai Nabi Muhammad s.a.w. dalam peperangan-peperangannya. Nabi Muhammad s.a.w. sangat gembira dengan turunnya ayat pertama surat ini. Kegembiraan ini dinyatakan dalam sabda beliau yang diriwayatkan Bukhari; Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surat, yang surat itu benar-benar lebih aku cintai dari seluruh apa yang disinari matahari. Kegembiraan Nabi Muhammad s.a.w. itu ialah karena ayat-ayatnya menerangkan tentang kemenagan yang akan diperoleh Muhammad s.a.w. dalam perjuangannya dan tentang kesempurnaan nikmat Allah kepadanya.

Surat 49 Al Hujuraat terdiri atas 18 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Mujaadalah. Dinamai Al Hujuraat diambil dari perkataan Al Hujuraat yang terdapat pada ayat 4 surat ini. Ayat tersebut mencela para sahabat yang memanggil Nabi Muhammad SAW yang sedang berada di dalam kamar rumahnya bersama isterinya. Memanggil Nabi Muhammad SAW dengan cara dan dalam keadaan yang demikian menunjukkan sifat kurang hormat kepada beliau dan mengganggu ketenteraman beliau.

Surat 50 Qaaf terdiri atas 45 ayat. Makkiyah, kecuali ayat 38 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Murssalaat. Dinamai Qaaf karena surat ini dimulai dengan huruf Qaaf. Menurut hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, bahwa Rasulullah SAW senang membaca surat ini pada rakaat pertama sembahyang subuh dan pada shalat hari raya. Sedang menurut riwayat Abu Daud, Al Baihaqy dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW membaca surat ini pada tiap-tiap membaca Khutbah pada hari Jum'at. Kedua riwayat ini menunjukkan bahwa surat QAAF sering dibaca Nabi Muhammad SAW di tempat-tempat umum, untuk memperingatkan manusia tentang kejadian mereka dan nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya, begitu pula tentang hari berbangkit, hari berhisab, syurga, neraka, pahala, dosa, dsb. Surat ini dinamai juga Al Baasiqaat, diambil dari perkataan Al- Baasiqaat yang terdapat pada ayat 10 surat ini.

Surat 51 Adz Dzaariyaat terdiri atas 60 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Ahqaaf. Dinamai Adz Dzaariyaat (angin yang menerbangkan), diambil dari perkataan Adz Dzaariyaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Allah bersumpah dengan angin, mega, bahtera, dan malaikat yang menjadi sumber kesejahteraan dan pembawa kemakmuran. Hal ini meng- isyaratkan inayat Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Surat 52 Ath Thuur terdiri atas 49 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat As Sajdah. Dinamai Ath Thuur (Bukit) diambil dari perkataan Ath Thuur yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan bukit di sini ialah bukit Thursina yang terletak di semenanjung Sinai, tempat Nabi Musa menerima wahyu dari Tuhannya.

Surat 53 An Najm terdiri atas 62 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat 32 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Ikhlash. Nama An Najm (bintang), diambil dari perkataan An Najm yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Allah bersumpah dengan An Najm (bintang) adalah karena bintang-bintang yang timbul dan tenggelam, amat besar manfaatnya bagi manusia, sebagai pedoman bagi manusia dalam melakukan pelayaran di lautan, dalam perjalanan di padang pasir, untuk menentukan peredaran musim dan sebagainya.

Surat 54 Al Qamar terdiri atas 55 ayat. Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 44, 45, 46. Diturunkan sesedah surat Ath Thaariq. Nama Al Qamar (bulan) diambil dari perkataan Al Qamar yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pada ayat ini diterangkan tentang terbelahnya bulan sebagai mukjizat Nabi Muhammad s.a.w.

Surat 55 Ar Rahmaan terdiri atas 78 ayat, termasuk golongan surat- surat Makkiyyah (menurut Al-Qur’an Digital), Madaniyyah (menurut terjemah Departemen Agama). Diturunkan sesudah surat Ar Ra'du. Dinamai Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah), diambil dari perkataan Ar Rahmaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Ar Rahmaan adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surat ini menerangkan kepemurahan Allah s.w.t. kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Surat 56 Al Waaqi'ah terdiri atas 96 ayat. Makkiyah, kecuali ayat-ayat  81, 82 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Thaa Haa. Dinamai dengan Al Waaqi'ah (Hari Kiamat), diambil dari perkataan Al Waaqi'ah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 57 Al Hadiid terdiri atas 29 ayat. Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Az Zalzalah. Dinamai Al Hadiid (Besi), diambil dari perkataan Al Hadiid yang terdapat pada ayat 25 surat ini.

Surat 58 Al Mujaadilah terdiri atas 22 ayat, termasuk golongan surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Munaafiquun. Surat ini dinamai dengan Al Mujaadilah (wanita yang mengajukan gugatan) karena pada awal surat ini disebutkan bantahan seorang perempuan, menurut riwayat bernama Khaulah binti Tsa'labah terhadap sikap suaminya yang telah menzhiharnya. Hal ini diadukan kepada Rasulullah s.a.w. dan ia menuntut supaya beliau memberikan putusan yang adil dalam persoalan itu. Dinamai juga Al Mujaadalah yang berarti perbantahan.

Surat 59 Al Hasyr terdiri atas 24 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Bayyinah. Dinamai surat Al Hasyr (pengusiran) diambil dari perkataan Al-Hasyr yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Di dalam surat ini disebutkan kisah pengusiran suatu suku Yahudi yang bernama Bani Nadhir yang berdiam di sekitar kota Madinah.

Surat 60 Al Mumtahanah terdiri atas 13 ayat. Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Ahzab. Dinamai Al Mumtahanah (wanita yang diuji), diambil dari kata "Famtahinuuhunna" yang berarti maka ujilah mereka, yang terdapat pada ayat 10 surat ini.

Surat 61 Ash Shaff terdiri atas 14 ayat. Madaniyyah. Diturunkan setelah surat At-Tagobun. Dinamai dengan Ash Shaff, karena pada ayat 4 surat ini terdapat kata Shaffan yang berarti satu barisan. Ayat ini menerangkan apa yang diridhai Allah sesudah menerangkan apa yang dimurkai-Nya. Pada ayat 3 diterangkan bahwa Allah murka kepada orang yang hanya pandai berkata saja tetapi tidak melaksanakan apa yang diucapkannya. Dan pada ayat 4 diterangkan bahwa Allah menyukai orang yang mempraktekkan apa yang diucapkannya yaitu orang-orang yang berperang pada jalan Allah dalam satu barisan.

Surat 62 Al Jumu'ah terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan-golongan surat-surat Madaniyyah dan diturunkan sesudah surat Ash Shaf. Nama surat Al Jumu'ah diambil dari kata Al Jumu'ah yang terdapat pada ayat 9 surat ini yang artinya: hari Jum'at.

Surat 63 Al-Munaafiquun terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Hajj. Surat ini dinamai Al-Munaafiquun yang artinya orang-orang munafik, karena surat ini mengungkapkan sifat-sifat orang-orang munafik.

Surat 64 At Taghaabun terdiri atas 18 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah dan diturunkan sesudah surat At Tahrim. Nama At Taghaabun diambil dari kata At Taghaabun yang terdapat pada ayat ke 9 yang artinya hari dinampakkan kesalahan-kesalahan.

Surat 65 Ath Thalaaq terdiri atas 12 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Insaan. Dinamai surat Ath Thalaaq karena kebanyakan ayat-ayatnya mengenai masalah talak dan yang berhubungan dengan masalah itu.

Surat 66 At Tahrim terdiri atas 12 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Al Hujuraat. Dinamai surat At Tahrim karena pada awal surat ini terdapat kata tuharrim yang kata asalnya adalah Attahrim yang berarti mengharamkan.

Surat 67 Al Mulk terdiri atas 30 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah Ath Thuur. Nama Al Mulk diambil dari kata Al Mulk yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya kerajaan atau kekuasaan. Dinamai pula surat ini dengan At Tabaarak (Maha Suci).

Surat 68 Al Qalam terdiri atas 52 ayat. Makkiyah,kecuali ayat-ayat 17 s/d 33 dan 48 s/d 50 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Alaq. Nama Al Qalam diambil dari kata Al Qalam yang terdapat pada ayat pertama surat iniyang artinya pena. Surat ini dinamai pula dengan surat Nun (huruf nun).

Surat 69 Al Haaqqah terdiri atas 52 ayat,termasuk golongan surat-surat Makkiyah,diturunkan sesudah surat Al Mulk. Nama Al Haaqqah diambil dari kata Al Haaqqah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya hari kiamat

Surat 70 Al Ma'arij terdiri atas 44 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Haaqqah. Perkataan Al Ma'arij yang menjadi nama bagi surat ini adalah kata jamak dari Mi'raj, diambil dari perkataan Al Ma'arij yang terdapat pada ayat 3, yang artinya menurut bahasa tempat naik. Sedang para ahli tafsir memberi arti bermacam-macam, di antaranya langit, nikmat karunia dan derajat atau tingkatan yang diberikan Allah s.w.t kepada ahli surga.

Surat 71 Nuh terdiri atas 28 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat An Nahl. Dinamakan dengan surat Nuh karena surat ini seluruhnya men jelaskan da´wah dan doa Nabi Nuh a.s.

Surat 72 Al Jin terdiri atas 28 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al A'raaf. Dinamai Al Jin diambil dari perkataan Al Jin yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pada ayat tersebut dan ayat-ayat berikutnya diterangkan bahwa Jin sebagai makhluk halus telah mendengar pembacaan Al Quran dan mereka mengikuti ajaran Al Quran tersebut.

Surat 73 Al Muzzammil terdiri atas 20 ayat. Makkiyah, kecuali ayat-ayat 10, 11, dan 20. Diturunkan sesudah surat Al Qalam. Dinamai Al Muzzammil (orang yang berselimut) diambil dari perkataan Al Muzzammil yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan orang yang berkemul ialah Nabi Muhammad s.a.w.

Surat 74 Al Muddatstsir terdiri atas 56 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Muzzammil. Dinamai Al Muddatstsir (orang yang berkemul) diambil dari perkataan Al Muddatstsir yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 75 Al Qiyaamah terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Qaari'ah. Dinamai Al Qiyaamah (hari kiamat) diambil dari perkataan Al Qiyaamah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 76 Al Insaan terdiri atas 31 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Ar Rahmaan. Dinamai al Insaan (manusia) diambil dari perkataan Al Insaan yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 77 Al Mursalaat terdiri atas 50 ayat. Makkiyah, kecuali ayat 48 Madaniyyah. Diturunkan sesudah surat Al Humazah. Dinamai Al Mursalaat (Malaikat-Malaikat yang diutus), diambil dari perkataan Al Mursalaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Dinamai juga Amma yatasaa aluun diambil dari perkataan Amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

Surat 78 An Naba´ terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Ma´aarij. Dinamai An Naba´ (berita besar) diambil dari perkataan An Naba´ yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Dinamai juga Amma yatasaa aluun diambil dari perkataan Amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

Surat 79 An Naazi´aat terdiri atas 46 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat An Naba´. Dinamai An Naazi´aat diambil dari perkataan An Naazi´aat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Dinamai pula as Saahirah yang diambil dari ayat 14, dinamai juga Ath Thaammah diambil dari ayat 34.

Surat 80 'Abasa terdiri atas 42 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat An Najm. Dinamai 'Abasa diambil dari perkataan 'Abasa yang terdapat pada ayat pertama surat ini.  enurut riwayat, pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang beliau harapkan agar mereka masuk Islam. Dalam pada itu datanglah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta yang mengharap agar Rasulullah s.a.w. membacakan kepadanya ayat- ayat Al Quran yang telah diturunkan Allah. tetapi Rasulullah s.a.w. bermuka masam dan memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum yang buta itu, lalu Allah menurunkan surat ini sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap ibnu Ummi Maktum itu.

Surat 81 At Takwir terdiri atas 29 ayat dan termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Masadd. Kata At Takwir (terbelah) yang menjadi nama bagi surat ini adalah dari kata asal (mashdar) dari kata kerja kuwwirat (digulung) yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 82 Al Infithaar terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah dan diturunkan sesudah surat An Naazi'aat. Al Infithaar yang dijadikan nama untuk surat ini adalah kata asal dari kata Infatharat (terbelah) yang terdapat pada ayat pertama

Surat 83 Al Muthaffifiin terdiri atas 36 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al 'Ankabuut dan merupakan surat yang diturunkan terakhir di Mekkah sebelum hijrah. Al Muthaffifiin yang dijadikan nama bagi surat ini diambil dari kata Al Muthaffifiin yang terdapat pada ayat pertama.

Surat 84 Al Insyiqaaq, terdiri atas 25 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Infithaarr. Dinamai Al Insyiqaaq (terbelah), diambil dari perkataan Insyaqqat yang terdapat pada permulaan surat ini, yang pokok katanya ialah insyiqaaq.

Surat 85 Al Buruuj terdiri atas 22 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Asy-Syams. Dinamai Al Buruuj (gugusan bintang) diambil dari perkataan Al Buruuj yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

Surat 86 Ath Thaariq terdiri atas 17 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Balad. Dinamai Ath Thaariq (yang datang di malam hari) diambil dari perkataan Ath Thaariq yang terdapat pada ayat 1 surat ini.

Surat 87 Al A´laa terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, dan diturunkan sesudah surat At Takwiir. Nama Al A´laa diambil dari kata Al A´laa yang terdapat pada ayat pertama, berarti Yang Paling Tinggi. Muslim meriwayatkan dalam kitab Al Jumu'ah, dan diriwayatkan pula oleh Ashhaabus Sunan, dari Nu'man ibnu Basyir bahwa Rasulullah s.a.w. pada shalat dua hari Raya (Fitri dan Adha) dan shalat Jum'at membaca surat Al A´laa pada rakaat pertama, dan surat Al Ghaasyiyah pada rakaat kedua.

Surat 88 Ghaasyiyah terdiri atas 26 ayat, termasuk surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Adz Dzaariat. Nama Ghaasyiyah diambil dari kata Al Ghaasyiyah yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya peristiwa yang dahsyat, tapi yang dimaksud adalah hari kiamat. Surat ini adalah surat yang kerap kali dibaca Nabi pada rakaat kedua pada shalat hari-hari Raya dan shalat Jum'at.

Surat 89 Al Fajr terdiri atas 30 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Lail. Nama Al Fajr diambil dari kata Al Fajr yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya fajar.

Surat 90 Al Balad terdiri atas 20 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Qaaf. Dinamai Al Balad, diambil dari perkataan Al Balad yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang dimaksud dengan kota di sini ialah kota Mekah.

Surat 91 Asy Syams terdiri atas 15 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Qadar. Dinamai Asy Syams (matahari) diambil dari perkataan Asy Syams yang terdapat pada ayat permulaan surat ini.

Surat 92 Al Lail (malam) terdiri atas 21 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al A'laa. Surat ini dinamai Al Lail (malam), diambil dari perkataan Al Lail yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 93 Adh Dhuhaa terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat Makiyyah dan diturunkan sesudah surat Al Fajr. Nama Adh Dhuhaa diambil dari kata yang terdapat pada ayat pertama, artinya : waktu matahari sepenggalahan naik.

Surat 94 Alam Nasyrah terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah dan diturunkan sesudah surat Adh Dhuhaa. Nama Alam Nasyrah diambil dari kata Alam Nasyrah yang terdapat pada ayat pertama, yang berarti: bukankah Kami telah melapangkan

Surat 95 At Tiin terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Buruuj. Nama At Tiin diambil dari kata At Tiin yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya buah Tin.

Surat 96 Al 'Alaq terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surat ini adalah ayat-ayat Al Quran yang pertama sekali diturunkan, yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira'. Surat ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil dari perkataan Alaq yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.

Surat 97 Al Qadr terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat 'Abasa. Surat ini dinamai Al Qadr (kemuliaan), diambil dari perkataan Al Qadr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 98 Al Bayyinah terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah, diturunkan sesudah surat Ath Thalaq. Dinamai Al Bayyinah (bukti yang nyata) diambil dari perkataan Al Bayyinah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 99 Al Zalzalah terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah diturunkan sesudah surat An Nisaa'. Nama Al Zalzalah diambil dari kata: Zilzaal yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang berarti goncangan.

Surat 100 Al 'Aadiyaat terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al'Ashr. Nama Al 'Aadiyaat diambil dari kata Al 'Aadiyaat yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya yang berlari kencang

Surat 101 Al Qaari'ah terdiri atas 11 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Quraisy. Nama Al Qaari'ah diambil dari kata Al Qaari'ah yang terdapat pada ayat pertama, artinya mengetok dengan keras, kemudian kata ini dipakai untuk nama hari kiamat.

Surat 102 At Takaatsur terdiri atas 8 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Kautsar. Dinamai At Takaatsur (bermegah-megahan) diambil dari perkataan At Takaatsur yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 103 Al 'Ashr terdiri atas 3 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Alam Nasyrah. Dinamai Al 'Ashr (masa) diambil dari perkataan Al 'Ashr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 104 Al Humazah terdiri atas 9 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Qiyaamah. Dinamai Al Humazah (pengumpat) diambil dari perkataan Humazah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 105 Al Fiil terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Kaafirun. Nama Al Fiil diambil dari kata Al Fiil yang terdapat pada ayat pertama surat ini, artinya gajah. Surat Al Fiil mengemukakan cerita pasukan bergajah dari Yaman yang dipimpin oleh Abrahah yang ingin meruntuhkan Ka'bah di Mekah. Peristiwa ini terjadi pada tahun Nabi Muhammad s.a.w. dilahirkan.

Surat 106 Quraisy terdiri atas 4 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, kecuali ayat-ayat 1, 2, dan 3 Madaniyyah. dan diturunkan sesudah surat At Tiin. Nama Quraisy diambil dari kata Quraisy yang terdapat pada ayat pertama, artinya suku Quraisy. Suku Quraisy adalah suku yang mendapat kehormatan untuk memelihara Ka'bah

Surat 107 Al Maa'uun terdiri atas 7 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat At Taakatsur. Nama Al Maa'uun diambil dari kata Al Maa'uun yang terdapat pada ayat 7, artinya barang-barang yang berguna.

Surat 108 Al Kautsar terdiri atas 3 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Al 'Aadiyaat. Dinamai Al Kautsar (nikmat yang banyak) diambil dari perkataan Al Kautsar yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini sebagai penghibur hati Nabi Muhammad s.a.w.

Surat 109 Al Kaafiruun terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Maa'uun. Dinamai Al Kaafiruun (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al Kaafiruun yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 110 An Nashr terdiri atas 3 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyyah yang diturunkan di Mekah (di Mina waktu Haji Wada’) sesudah surat At Taubah. Dinamai An Nashr (pertolongan) diambil dari perkataan Nashr yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Surat 111 Al Lahab terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Fath. Nama Al Lahab diambil dari kata Al Lahab yang terdapat pada ayat ketiga surat ini yang artinya gejolak api. Surat ini juga dinamakan surat Al Masad.

Surat 112 Al Ikhlas terdiri atas 4 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah sesudah surat An Naas. Dinamakan Al Ikhlas karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian keesaan Allah s.w.t.

Surat 113 Al Falaq terdiri atas 5 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Fiil. Nama Al Falaq diambil dari kata Al Falaq yang terdapat pada ayat pertama surat ini yang artinya waktu subuh. Diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tirmizi dan An Nasa-i dari 'Uqbah bin 'Aamir bahwa Rasulullah s.a.w. bersembahyang dengan membaca surat Al Falaq dan surat An Naas dalam perjalanan Surat ini bersama surat Al Naas disebut juga surat Al-Mu’awwizatain atau Al Musyaqsyatain.


Surat 114 An Naas terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Falaq. Nama An Naas diambil dari An Naas yang berulang kali disebut dalam surat ini yang artinya manusia. Surat ini bersama surat Al Falaq disebut juga surat Al-Mu’awwizatain atau Al Musyaqsyatain.